Senin, 11 November 2013

PEMBERKASAN TPP DEPAG 2013

Berikut form Pemberkasan TPP Depag 2013, dokumen di kumpulkan di PAIS paling lambat tanggal 22 Nopember 2013. Semoga bermanfaat:
Download

Senin, 26 Agustus 2013

Kumpulan Materi PAI kls 7

Berikut kumpulan materi PAI kelas 7 SMP Islam Terpadu AT-TAQWA Surabaya:
1. Bab 1 Pentingnya Ilmu Part. 1
DOWNLOAD
2. Bab 1 Pentingnya Ilmu Part. 2
    DOWNLOAD
3. Bab 1 Pentingnya Ilmu Part. 3
    DOWNLOAD

Rabu, 07 Agustus 2013

Tips Mudik Islami dan aman

mudik islami euy
Bagi keluarga yang mau mudik bersama anak, perlu memperhatikan beberapa hal supaya dalam perjalanan aman dan nyaman. Berikut tips MUDIK yang aman:

1. Sebelum berangkat lakukan sholat sunnah Safar 2 roka'at 
2. Membaca do'a sebelum keluar rumah dan perjalan darat/udara.
3. Jangan membawa masalah saat perjalanan, tinggalkan keluarga dengan baik.
4. Bersedekahlah.
5. Berdo'a Selama dalam perjalanan karena do'a seorang musyafir adalah mustajabah.
6. Tidak membawa anak mudik dengan sepeda motor, apalagi untuk perjalanan jauh karena sangat melelahkan untuk anak.

7. Apabila anak ikut mudik dengan menggunakan angkutan umum, upayakan agar anak tidak ikut berdesak-desakan. Para orang tua harap meningkatkan kewaspadaan dan pengawasan terhadap anak-anak.

8. Siapkan mainan yang disukai anak untuk menemaninya sepanjang perjalanan.

9. Siapkan obat-obatan dan vitamin yang dibutuhkan untuk anak sepanjang perjalanan.

10.Jika menggunakan kendaraan pribadi, pastikan mobil dalam kondisi baik. Periksa kondisi mobil seperti mesin, oli mesin, serta ban cadangan. Periksa juga perlengkapan dalam mobil.

11. Sebagai edukasi, jelaskan pada anak ciri khas mengenai kota-kota yang dilalui. Selain bisa menambah pengetahuan anak, cara ini juga bisa membuang rasa jenuh anak.

12. Sering-seringlah beristirahat di tempat-tempat yang telah disediakan. Jangan paksakan mengemudi ketika kondisi badan sudah lelah dan jangan kebut-kebutan.

13. Jangan lupa membawa perlengkapan dan kebutuhan dasar bagi mereka seperti popok, bedak, bantal, makanan bayi/ anak, dan lain-lain, 9.Orang tua perlu menyiapkan fisik yang prima dan mental yang baik sebelum mudik.

14.Siapkan perbekalan dan uang yang cukup selama melakukan perjalanan.
15. Berdo'a setelah sampai di Tujuan: 
"A'udzu bi kalimaatillahi Tammaati min syarri ma kholaq"

Semoga tips ini bermanfaat dan selamat mudik "Semoga Selamat Sampai Tujuan".
Salam untuk keluarga di rumah....
Minal Aidin wal Faizin "Mohon Ma'af Lahir & Batin"
loetfi@nsh@yahoo.com
loetfi.attaqwa@gmail.com

Kamis, 23 Agustus 2012

KEUATAMAAN PUASA SYAWAL

Oleh A. Luthfi Anshori, SHI
“Barangsiapa berpuasa Ramadan kemudian ia iringi dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seolah-olah berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim)
Alhamdulillah wasyukrulillaah, kita baru saja selesai melaksanakan puasa Ramadan selama sebulan penuh dan diakhiri dengan Idul Fitri. Puasa Ramadan adalah fardu ain dan termasuk salahsatu rukun Islam, makanya puasa Ramadan wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang balig, berakal, sehat, dan bermukim (tidak sedang dalam perjalanan/musafir), serta tidak mempunyai halangan yang secara syar’i tidak boleh berpuasa, seperti haid dan nifas bagi perempuan. Begitu juga Idul fitri sebagai hari perayaan akan “kemenangan” menahan hawa nafsu dari hal-hal yang  dapat membatalkan puasa seperti makan, minum, dan nafsu syahwat, telah kita lewati juga dan kita rayakan bersam-sama dengan penuh khidmah, gembira, bahkan sukacita yang tiada terhingga. Kini saatnya, di bulan Syawal ini kita kembali untuk melaksanakan sesuatu yang dipandang perbuatan baik, bahkan Sunnah Rasulullah Saw. yaitu puasa Syawal.
Puasa Syawal merupakan salahsatu amalan ibadah (perbuatan ibadah)  tathawu’ (sukarela) yang pelaksanaannya tidak mengikat dan memaksa harus dilaksanakan  bagi setiap mukallaf. Akan tetapi, puasa syawal hanya bersifat anjuran yang apabila dilaksanakan akan mendapat pahala dan jika tidak dilaksanakakan tidak akan mendapatkan apa-apa (tidak berdosa). Namun, sayang, jika kita sebagai umat muslim yang beriman tidak melaksanakan amalan sunnah ini. Selain karena pahalanya yang besar juga karena puasa syawal merupakan amalan yang sangat dicintai oleh Allah dan Rasululullah Saw.  
Ulama kontemporer, Dr. Yusuf Qardhawi dalam salahsatu kitabnya, “Fiqh Ash-Shiyaam” menjelaskan, bahwa penunaian kewajiban seperti Shalat fardu, menunaikan Zakat, Puasa Ramadan, dan Haji, merupakan sarana yang dapat mendekatkan diri (taqarub) kepada Allah Swt. Sedangkan penunaian sunnah akan dapat mengantarkannya kepada cinta kepada Allah Swt dan Rasulullaah Saw.
Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah Saw. dalam hadits qudsinya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah,“Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku lebih utama daripada yang Ku-wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-ku dengan amalan sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang melaluinya ia bisa mendengar, menjadi penglihatannya yang dengannya ia bisa melihat, menjadi tangannya yang dengannya ia bisa memukul, dan menjadi kakinya yang melaluinya ia dapat melangkah. Jika ia meminta kepada-Ku, niscaya Ku-beri dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, niscaya Kulindungi.”
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari pula, Rasulullah Saw bersabda, “Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari)
Cara melaksanakan Puasa Syawal
Pelaksanaan puasa Syawal, apakah diawal bulan yaitu mulai tanggal 2 sampai dengan tanggal 7 Syawal (berturut-turut), berselang-selang sehari puasa sehari tidak dan seterusnya sampai 6 hari, atau diakhir bulan Syawal? Hal inilah yang menjadi perdebatan para ulama, khususnya para ulama ahli fikih.  Imam Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.”
Namun Imam Malik berpendapat bahwa puasa dihari-hari yang enam ini adalah makruh, karena dikhawatirkn dianggap bagian dari Ramadan. Sehingga orang-orang akan mewajibkannya dan mengingkari orang yang meninggalkannya. Hukum makruh di sini menurut Imam Syatibi sebagaimana dijelaskan Yusuf Qardhawi adalah dalam konteks sad adz-dzara’i (menutup pintu kemunkaran). Menurut Syatibi, memang beberapa orang awam mengalami hal semacam ini, mereka mempertahankan tradisi Ramadan, seperti memberi penerangan tempat azan dan tempat lalu lalangnya orang-orang yang sahur, hingga hari ke tujuh bulan Syawal. Namun menurut Syatibi pula, penyimpangan ini tidak harus dibenturkan dengan sunah. Orang yang belum tahu harus diberi tahu. Yusuf Qardhawi sendiri memilih puasa Syawal cukup pada hari-hari bulan Syawal. Artinya ia tidak melakukannya secara berturut-turut mulai dari tanggal 2 sampai dengan tangal 7 Syawal (hari setalah shalat Idul Fitri) melainkan pada hari-hari bulan Syawal.
Melihat berbagai pendapat seperti diatas tentang bagaimana cara melaksanakan puasa Syawal, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Puasa Syawal dilaksanakan selama enam hari; 2) Lebih utama dilaksanakan sehari setelah Idul Fithri, namun tidak apa-apa jika diakhirkan asalkan masih di bulan Syawal; 3) Lebih utama dilaksanakan secara berurutan namun tidak apa-apa jika dilaksanakan tidak berurutan (berselang-selang); 4) Usahakan untuk menunaikan qodho’ puasa terlebih dahulu agar mendapatkan ganjaran puasa setahun penuh. Dan ingat bahwa puasa Syawal adalah puasa sunnah sedangkan qodho’ Ramadhan adalah wajib. Sudah semestinya ibadah wajib lebih didahulukan daripada yang sunnah.
Keutamaan Puasa Syawal
Puasa syawal merupakan puasa sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Selain karena pahalanya yang besar yaitu sama dengan puasa setahun penuh juga kerena banyak keutamaannya. Barangsiapa yang berpuasa syawal tiap tahun sepanjang umur, maka pahalanya sama dengan puasa  terus-menerus sepanjang umurnya. Hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah Saw., “Puasa sebulan dikalikan sepuluh bulan, puasa enam hari (di bulan Syawal) disamakan dengan dua bulan, maka yang demikian itu (sama dengan) puasa setahun.”
Begitu juga dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tsauban, Rasulullah Saw., bersabda: “Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal].” (HR. Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil)
Penjelasan dari kedua hadits tersebut adalah bahwa orang yang melakukan satu kebaikan akan mendapatkan sepuluh kebaikan yang sama. Puasa Ramadhan selama sebulan berarti akan sama pahalanya dengan puasa 10 bulan. Puasa Syawal enam hari berarti akan sama pahalanya dengan puasa 60 hari atau 2 bulan. Oleh karena itu, seseorang yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka ia akan mendapatkan puasa seperti setahun penuh. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56 dan Syarh Riyadhus Sholihin, 3/465).
Sedangkan keutamaan puasa Syawal banyak sekali. Sedikitnya ada 6 (enam) keutamaan puasa Syawal yang dapat kita peroleh jika kita melaksanakannya, yaitu, 1) Puasa Syawal akan menggenapkan pahala berpuasa setahun penuh seperti bunyi hadits di atas; 2) Puasa Syawal seperti halnya shalat sunnah Rawatib dapat menutup kekurangan dan menyempurnakan ibadah wajib. Artinya, apabila dalam melaksanakan puasa Ramadan (puasa wajib) ada bahkan banyak kekurangan, maka puasa Syawal-lah (puasa sunnah) yang dapat menutupi dan menyempurnakan daripada kekurangan tersebut (lihat Latha’if Al-Ma’arif, Ibnu Rajab Al-Hambali, hal. 394).
3) Melaksanakan puasa Syawal merupakan tanda diterimanya amalan puasa Ramadan. Allah Swt akan membalas perbuatan yang baik dengan yang baik pula. Puasa Ramadan adalah perbuatan baik, maka jika kita melaksanakan puasa Ramadan dengan penuh ikhlas dan mengharap ridlo Allah Swt maka Allah akan memberi petunjuk kita untuk melakukan kebaikan-kebaikan setelahnya. Begitu pula jika Allah Swt. menerima amalan baik seseorang maka seseorang itu akan diberi petunjuk oleh Allah Swt untuk melakukan amalan yang baik pula pada waktu dan tempat yang berbeda. Hal inilah yang dijelaskan dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 8/417, Daar Thoyyibah, cetakan kedua, 1420 H (Tafsir Surat Al Lail) yang berbunyi, “Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.” 4)Melaksanakan puasa syawal merupakan bentuk syukur pada Allah; 5) Melaksanakan puasa Syawal berarti menyehatkan diri kita. Sebagaimana sabda Rasulullaah Saw., “Shuumuu Tashihuu”,berpuasalah, maka akan sehat.. 6) Melaksanakan puasa Syawal menandakan bahwa ibadahnya kontinu (terus-menerus) dan bukan musiman saja yaitu pada bulan Ramadan.
Terakhir, mari kita renungkan apa yang dikatakan Ibnu Rajab dalam kitab Latho-if Al Ma’arif, hal. 399, beliau berkata:  ”Barangsiapa melakukan dan menyelesaikan suatu ketaaatan, maka di antara tanda diterimanya amalan tersebut adalah dimudahkan untuk melakukan amalan ketaatan lainnya. Dan di antara tanda tertolaknya suatu amalan adalah melakukan kemaksiatan setelah melakukan amalan ketaatan. Jika seseorang melakukan ketaatan setelah sebelumnya melakukan kejelekan, maka kebaikan ini akan menghapuskan kejelekan tersebut. Yang sangat baik adalah mengikutkan ketaatan setelah melakukan ketaatan sebelumnya. Sedangkan yang paling jelek adalah melakukan kejelekan setelah sebelumnya melakukan amalan ketaatan. Ingatlah bahwa satu dosa yang dilakukan setelah bertaubat lebih jelek dari 70 dosa yang dilakukan sebelum bertaubat. ... Mintalah pada Allah agar diteguhkan dalam ketaatan hingga kematian menjemput. Dan mintalah perlindungan pada Allah dari hati yang terombang-ambing.”

Kamis, 05 Januari 2012

Mu'jizal Al-Qur'an

Al-Qur'an Mukjizat Nabi Muhammad SAW

Setiap rasul yang diutus kepada umatnya memiliki mukjizat masing-masing. Ketika ilmu sihir digandrungi masyarakat pada masa Nabi Musa, maka Allah menganugrahkan mukjizat kepada nabi Musa berupa kemampuan untuk membelah lautan dan mengubah tongkat menjadi ular besar.
 
Ketika ilmu kedokteran memiliki derajat tinggi pada masa Nabi Isa, maka Allah menganugrahkan mukjizat kepada Nabi Isa berupa kemampuan untuk menghidupkan kembali orang mati dan menyembuhkan orang buta.
Ketika ilmu sastra dan syair menjadi idola di kalangan bangsa Arab pada masa Nabi Muhammad, maka Allah memberikan mukjizat kepada Nabi Muhammad saw yaitu dengan menurunkan kitab suci Al-Qur`an.
Al-Qur`an merupkan mukjizat terbesar yang dianugrahkan kepada Nabi Muhammad, karena keberadaannya yang tidak lenyap meskipun Rasulullah sudah wafat.
Adapun sisi kemukjizatan Al-Qur`an antara lain:

1. Redaksi Al-Qur`an mencakup keindahan bahasa (fashahah) dan retorika (balaghah)

2. Al-Qur`an memiliki redaksi berbeda antara gaya bahasa bertutur dengan rima-rima dalam syair

3. Memuat kisah-kisah umat terdahulu dan sejarah perjalanan hidup para nabi yang dikenal luas oleh kalangan Ahli Kitab. Padahal pembawa Al-Qur`an adalah Rasulullah saw yang ummi (buta huruf), tidak bisa menulis dan membaca.

4. Al-Qur`an menginformasikan hal-hal yang ghaib dan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa datang.

5. Keshahihan (otentitas) Al-Qur`an senantiasa terjaga dan terpelihara sepanjang masa. Allah swt berfirman, “Sesungguhnya Aku (Allah) yang menurunkan Al-Qur`an, dan sesungguhnya Aku pula yang benar-benar memeliharanya.” (Al-Hijr: 9)
Setelah mengetahui bahwa Al-Qur`an adalah mukjizat sepanjang masa, maka kewajiban kita sebagai seorang muslim terhadap Al-Qur`an adalah membacanya, mentadabburinya, dan mengamalkannya.

Adapun keutamaan dari membaca dan mentadabburi Al-Qur`an sangat banyak sekali, antara lain:

1- Memperoleh Pahala Berlipat Ganda
Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka baginya satu kebaikan. Sedangkan kebaikan dibalas dengan sepuluh kali kelipatannya. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf. Akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR At-Tirmidzi)

2- Bersanding dengan Malaikat yang Mulia
Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang yang mahir dalam Al-Qur’an bersama-sama dengan Malaikat yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan gagap dan dia kesulitan dalam membacanya, dia mendapat dua pahala.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

3- Memperoleh Syafaat dari Al-Qur`an
Abu Umamah Al-Bahili berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Bacalah Al-Qur`an. Karena pada Hari Kiamat ia akan datang memberi syafaat bagi pembacanya.” (HR. Muslim)

4- Al-Qur`an adalah Hidangan Allah
Abdullah bin Mas’ud mengatakan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Al-Qur`an adalah hidangan Allah. Maka terimalah hidangan-Nya semampu kalian. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah tali Allah yang kuat, cahaya yang menerangi, obat yang bermanfa’at, menjaga orang yang berpegang kepadanya dan menyelamatkan orang yang mengikutinya. Ia (al-Qur’an) tidak melenceng sehingga di caci maki, tidak bengkok sehingga diluruskan, tidak akan pernah habis keajaibannya, tidak rusak dikarenakan oleh banyaknya bantahan—bacalah, sesungguhnya Allah—akan mengganjar kalian karena telah membacanya. Setiap huruf adalah sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim adalah satu huruf, akan tetapi (masing-masing) Alif, Lam, dan Mim (adalah satu huruf).” (HR Al-Hakim)

5- Menuntun Jalan Menuju Surga
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Al-Qur`an akan menjadi sesuatu yang memberi syafaat dan syafaatnya diterima. Menjadi pejalan dan membenarkan. Barangsiapa yang meletakkan Al-Qur`an di hadapannya, maka Al-Qur`an akan menuntunnya ke surga; Dan barangsiapa yang meletakkan Al-Qur`an di belakang punggungnya, maka Al-Qur`an akan menggiringnya ke dalam neraka.” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi)

6- Menjadi Tombo Ati
Seorang ulama mengatakan bahwa tombo ati (obat penyakit hati) ada lima: yaitu membaca Al-Qur`an sekaligus mentadabburinya, shalat tahajjud, dzikir di malam hari, perut yang lapar, dan bersahabat dengan orang-orang saleh.
Selain keutamaan di atas, dengan mentradisikan membaca dan mentadabburi Al-Qur`an akan membentuk kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Al-Qur`an. Hal tersebut merupakan salah satu cara agar kita bisa menteladani Rasulullah saw, karena akhlak beliau—sebagaimana dikatakan oleh Sayyidah Aisyah—adalah Al-Qur`an.

Jumat, 11 November 2011

Kamis, 04 November 2010

PENTINGNYA MEMBACA AL-QUR'AN

1. Pengertian Al-Qur’an

Para ulama berbeda pendapat tentang lafad Al-Qur’an tetapi mereka sepakat bahwa lafad Al-Qur’an adalah isim (kata benda) bukan fi’il (kata kerja) atau harf (huruf). Isim yang dimaksud dalam bahasa Arab sama dengan keberadaan isim-isim lain, kadang berupa isim jamid atau disebut isim musytaq.

Sebagian ulama berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an adalah isim musytaq, namun mereka masih tergolong ke dalam dua golongan.

Golongan pertama berpendapat, bahwa huruf nun adalah huruf asli sehingga dengan demikian isim tersebut isim musytaq dari materi qa-ra-na. Golongan yang berpendapat seperti itu, masih terbagi dua juga :

Golongan pertama diwakili antara lain oleh Al-Asyari yang berpendapat bahwa lafad Al-Qur’an diambil dari kalimat “Qarana asy-syaiu bis-sya’i aidzadhammamatuh ilaih”. Ada juga yang berpendapat diambil dari kalimat “qarana baina baina al-bairani, idza jam’a bainahuma”. Dari kalimat yang terakhir muncul sebutan Qirana terhadap pengumpulan pelaksanaan ibadah haji dan umroh dengan hanya satu ihrom.

Golongan kedua diwakili antara lain oleh Al-Farra berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an musytaq dari kata qara’un, jamak dari qarinah, karena ayat-ayat Al-Qur’an (lafalnya) banyak yang sama antara yang satu dengan yang lain.

Golongan kedua berpendapat bahwa huruf alif dalam kata Al-Qur’an adalah huruf asli. Pendapat ini juga terjadi pada dua golongan :

Golongan pertama diwakili oleh Ihyan yang berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an adalah bentuk masdar mahmuz mengikuti wazan al-gufron dan ia merupakan musytaq dari kata qara’a yang mempunyai arti yang sama dengan tala’.

Golongan kedua diwakili antara lain Az-Zujaj yang berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an diidentikan dengan wazan al-fu’lan yang merupakan musytaq dari kata al-qar’u yangmempunyai arti al-jam’u.

Dari uraian tersebut berbagai pandangan tentang Al-Qur’an dilihat dari sudut bahasa, penulis menganbil definisi dari pendapat pertama yang mengatakan bahwa alif dalam kata Al-Qur’an adalah asli sebagaim,ana diwakili oleh Al-Lihyan, hal ini agar definisi Al-Qur’an sama dengan definsi telah disajikan pada bab pertama.

Dalam pengertian Al-Qur’an, para ulama mempunyai shigoh-shigoh tertentu, ada yang panjang dan ada yang pendek. Sedangkan yang paling mendekati dan sama menurut pengertian mereka tentang Al – definisi Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW, bagi yang membacanya merupakan suatu ibadah dan mendapat pahala.

2. Fungsi Al-Qur’an

Setelah Rasulullah wafat, yang tertinggal adalah Al-Qur’an yang terjaga dari penyimpangan dan pemutarbalikan fakta agar dipakai sebagai petunjuk dan pedoman dalam mengarungi dunia fana ini. Firman Allah SWT :

“Katakanlah hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah (yang) diutus kepada kalian semua, bahwa Allahlah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain Dia yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasulNya. Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimatNya (kitab-kitabNya) dan ikutilah Dia agar kalian mendapat petunjuk (QS Al-Arof : 158)

Juga disebutkan FirmanyaNya :

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Qur’an) kepada hambaNya, agar menjadi peringatan kepada seluruh alam” (QS Furqon: 1)

Sebagian nama–nama Al-Qur’an, baik secara langsung maupun tidak langsung memperlihatkan fungsi Al-Qur’an. Dari sudut isi atau substansinya, fungsi Al-Qur’an sebagai tersurat dalam nama-namanya adalah sebagai berikut:

a. Al-Huda (petunjuk)

Dalam Al-Qur’an terdapat tiga kategori tentang posisi Al-Qur’an sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Allah berfirman, “Bulan ramadhan adalah bulan yang diturunkan-Nya Al-Qur’an yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasannya mengenai itu …” (QS Al-Baqoroh [2]: 185).

Kedua, Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Allah berfirman, “Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (QS Al-Baqoroh [2]: 2).

Bahwa Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa dijelaskan pula dalam ayat lainnya, antara lain Surat Al-Imron [3] ayat 138.

Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Allah berfirman, : “…. Katakanlah : ‘Al-Qur’an itu adalan petunjuk dan penawar bagi orang-orang beriman…” (QS Fussila [41]: 44).

b. Al-Furqon (pemisah)

Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ia adalah ugeran yang membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang batil atau antara yang benar dengan yang salah. Allah berfirman, “Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil) … (QS Al-Baqaroh [2] : 185).

c. Al-Syifa (Obat)

Al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi penyakit yang ada di dalam dada (mungkin yang dimaksud disini adalah penyakit psikologis). Allah berfiman, “Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh dari penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada…”(QS Yunus [10] : 57).

d. Al Mau’idzoh (nasehat)

Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasehat bagi orang-orang bertaqwa. Allah berfirman, “Al-Qur’an ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang bertaqwa” (QS Ali-Imron [3]: 138)

Demikianlah fungsi Al-Qur’an yang diambil dari nama-namanya yang difirman Allah dalam Al-Qur’an. Sedang fungsi Al-Qur’an dari pengalaman dan penghayatan terhadap isinya bergantung pada kualitas ketaqwaan invidu yang bersangkutan.

3. Pentingnya Membaca Al-Qur’an

Allah menurunkan Al-Qur’an kepada nabi Muhammad SAW untuk mengeluarkan umat manusia dari kegelapan dan kebodohan menuju cahaya Islam, sehingga menjadi benar-benar umat yang baik dan terbaik yang pernah ada di muka bumi ini.

Di antara ciri khas atau keistimewaan yang dimilki Al-Qur’an adalah ia bisa memberi syafa’at pada hari kiamat pada orang yang membacanya, mengkajinya, hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abi Umamah al, Bahimah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:

“Baca Al-Qur’an, ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepadanya” (HR Muslim)